Langsung ke konten utama

Ikut Mudik

Hai semuanya, Sebelumnya selamat hari raya Idul Fitri ya, mohon maaf lahir dan batin.
                         Mau cerita-cerita tentang pengalaman lebaran tahun ini ah, ada yang beda pada Lebaran tahun ini, kalau biasanya saya cuma denger temen-temen atau liat berita orang yang pada mudik, tahun ini saya ‘ikut mudik’. Kenapa ‘ikut mudik’? Karena saya saya lahir, dibesarkan dan tinggal di kota Tangerang Selatan tercinta sampai detik ketika tulisan ini ditulis. Jadi selama saya masih tinggal di kota ini ya saya gak akan pernah ngalamin yang namanya mudik.
                         Balik lagi ke soal ‘ikut mudik’, jadi kebetulan tahun ini kakak saya mau ke kampung istrinya di Cirebon. Pas hari pertama lebaran kakak saya ngajak buat ikut ke Cirebon, setelah dipikir-pikir boleh juga kayaknya ikut ke Cirebon daripada di rumah terus kan, belum ada rencana liburan juga.
                         Nah hari kedua lebaran, kami berangkat ke Cirebon sekitar pukul 6 pagi. Kami berangkat lewat tol Cipali, awalnya ragu karena liat berita di tv yang memberitakan banyak banget kejadian gak enak di tol itu, tapi akhirnya rasa ngeri kalah dengan rasa penasaran. Memang bener sih kalau lewat tol bakal lebih cepet dibanding lewat Pantura atau jalur selatan, Cuma puanasssssssnya polllll. Hih panasnya ampun-ampunan deh, bukan cuma di jalan, rest area-nya pun masih terasa gersang banget. Mungkin karena masih baru kali yaa, ditambah lagi masih musim kemarau jadi rumput sama pohon-pohon yang ditanam juga banyakan yang kering daripada bertahan hidup.
                         Dan setelah diperhatikan dan dirasakan, mungkin jalanan yang lurus terus dan pemandangan yang gitu-gitu aja bikin para pengendara cepet bosan dan ngantuk, maksud dari gitu-gitu aja itu di kanan kiri jalanan Cuma ada sawah, sawah, sawah, hutan sempet ngelewatin bukit juga si tapi ya kalo menurut saya si memang bosenin. Belum lagi jalanan yang masih mulus banget bikin pengen ngebut aja ya kan yang akhirnya  lumayan banyak kejadian gak enak. Nih contoh foto sawahnya, selama di perjalanan saya gak banyak ngedokumentasiin, hasrat tidur lebih besar daripada hasrat berfoto-foto ya walaupun tidurnya juga melek-merem.
                                                                              

                       
  Singkat cerita kita sudah sampai di Cirebon sekitar pukul 2 siang. Jatuhnya lama juga si soalnya kami kelamaan berhenti di rest area lumayan lama buat makan siang sama nungguin yang nyopir tidur sekitar 2 jam kayanya wkwk. Gak kenapalah lama juga dari pada ngantuk jadinya gak konsen kan jadi bahaya juga.
                         Hari pertama di Cirebon saya cuma di rumah mertua kakak saya aja, cuma ngobrol-ngobrol sambil makan dan lanjut tidur. Nah hari kedua di Cirebon atau H+3 Lebaran, kami ziarah ke makam orang tua dari istri kakak saya. Di sana tuh makamnya berada tepat di belakang rumah. Bener-bener dibelakang, ya paling kehalangan rumput, pohon sama kandang kambing aja.
Nih contoh fotonya:












Seusai nyekar kami lanjut liat kali, Kali Cimanis kalau gak salah namanya lokasinya deket dari rumah. Kalau diurutkan dari rumah mertuanya kakak saya urutannya Rumah-Pemakaman-Kali. Kalinya lumayan besar, batu-batunya juga, tapi.... airnya gak ada, iya gak salah baca, kalinya kering, mungkin karena musim kemarau jadi airnya gimana ya ngomongnya langsung aja nih liat fotonya




                         Bebatuannya bagus ya tau sendiri lanjutannya gimana, pada narsis semua, gak kenapa norak juga yang penting selfie haha.

                         Meskipun baru hari ketiga lebaran, di samping rumah mertuanya kakak saya udah ada yang hajatan, acara sunatan. Nah disana kalau ada yang sunatan biasanya bakal ada Burog. Tau ga Burok itu apa? Cerita tentang Burok, tunggu di tulisan selanjutnya ya! Terima kasih sudah membaca tulisan ini. 

Postingan populer dari blog ini

Masjid Agung Banten dan Pantai Poci

Hai-hai semuanya, di tulisan kali ini gue mau lanjutin tentang pengalaman liburan lebaran kemarin. Di tulisan sebelumnya gue udah tulis tentang pengalaman gue ke Cirebon mulai dari main di kali  sampai yang lihat   Burok . Jadi hari keempat lebaran gue, kakak gue, istrinya kakak gue, dan keponakan gue balik ke Tangerang. Dari Cirebon kami berangkat sekitar jam 10 pagi. Kalau pada saat berangkat kami lewat jalan tol, pas balik ini kami nyoba lewat jalur Pantura. Dan ternyata, perbandingannya lumayan jauh berbeda. Rasanya pas lewat pantura tuh kaya yang “kok ganyampe-nyampe rumah ya”. Tapi walaupun lebih jauh menurut hemat saya *ceilah bahasa lu wi, menurut gue Pantura masih lebih nyaman. Kenapa lebih nyaman? Karena di Pantura kalau kita pingin istirahat, makan, atau buang air kecil kita bisa menepi di tempat yang banyak tersedia. Berbeda kalau lewat tol, kalau pengin buang air kecil mau gak mau kita harus berhenti di rest area yang tersedia. Sedangkan di ruas tol 

Nonton Burok Kesenian Khas Cirebon

Hai-hai, seperti yang dijanjikan di tulisan sebelumnya, sekarang mau lanjut ke cerita soal Burok. Sebenenrnya saya sendiri juga kurang tahu burok itu apa karena yang pas ‘ikut mudik’ kemarin baru tuh lihat yang namanya burok. Jadi penjelasan mengenai buroknya saya tulis sesuai analisa saya saja ya. Mohon koreksinya kalau saya salah. Jadi  Burok itu kesenian khas Cirebon yang berbentuk boneka besar yang didalamnya terdapat orang untuk menggerakannya. Burok berarakan dengan diiringi musik atau lagu berbahasa sunda atau lagu-lagu dangdut. Gampangnya mirip Ondel-ondellah. Tahu kan Ondel-ondel  itu apa? Buat yang belum tahu, ondel-ondel itu kesenian Khas Jakarta yang semacam boneka yang berarakan sambil diiringi musik khas betawi. Untuk lebih lengkap mengenai ondel-ondel, silahkan googling sendiri yah. Meskipun sama-sama berarakan, banyak perbedaan yang terdapat antara Burok dengan Ondel-ondel. Perbedaan yang pertama terdapat pada bentuk. Jelas, beda daerah beda pula bentuknya. K

"Uang Kamu Lecek..."

Halo semuanya, Assalamualaikum ehehe.. Selamat Hari Raya Idul Adha yaa untuk kalian yang merayakan. Ngomong-ngomong soal Idul Adha, biasanya di momen ini tuh banyak orang yang berkurban kambing, sapi, kerbau, atau onta. Hewan-hewan itu disembelih sesuai ketentuan dalam agama Islam lalu dagingnya dibagikan ke masyarakat sekitar. Pernah baca di mana gitu Gua lupa, kalau berkurban ini semacam simbol kalau orang yang berkurban itu sedang berusaha "menyembelih" sifat kebinatangan yang ada dalam dirinya agar jadi manusia yang lebih baik lagi. Ada yang bilang juga kalau hewan yang dikurbankan itu bakal jadi 'kendaraan' dia buat sampe ke surga. Sekali lagi gua gatau itu beneran apa nggak, lagian di sini bukan mau ngomongin hikmah berkurban kok. Kalau mau dapet info seperti itu silakan baca buku-buku atau kitab-kitab yang sudah ditulis para ulama. Jangan baca blog bocah gajelas kayak gua gini. Eh iya sedikit informasi aja nih, tulisan "kurban" itu pake "