Hai-hai semuanya, di tulisan kali
ini gue mau lanjutin tentang pengalaman liburan lebaran kemarin. Di tulisan
sebelumnya gue udah tulis tentang pengalaman gue ke Cirebon mulai dari main di kali sampai yang lihat Burok.
Jadi hari keempat lebaran gue,
kakak gue, istrinya kakak gue, dan keponakan gue balik ke Tangerang. Dari Cirebon
kami berangkat sekitar jam 10 pagi. Kalau pada saat berangkat kami lewat jalan
tol, pas balik ini kami nyoba lewat jalur Pantura. Dan ternyata,
perbandingannya lumayan jauh berbeda. Rasanya pas lewat pantura tuh kaya yang “kok
ganyampe-nyampe rumah ya”.
Tapi walaupun lebih jauh menurut
hemat saya *ceilah bahasa lu wi, menurut gue Pantura masih lebih nyaman. Kenapa
lebih nyaman? Karena di Pantura kalau kita pingin istirahat, makan, atau buang
air kecil kita bisa menepi di tempat yang banyak tersedia. Berbeda kalau lewat
tol, kalau pengin buang air kecil mau gak mau kita harus berhenti di rest area
yang tersedia. Sedangkan di ruas tol
Cipali, rest areanya belum rampung total dan masih terasa gersang.
Kita singkat aja ya. Setelah menempuh
perjalanan panjang nan lama, sekitar pukul 7 malam kami tiba di rumah orang tua
saya. Begitu sampai di rumah ya biasa kami berbincang-bincang seputar
perjalanan ini dan karena udah pada keroncongan akhirnya kakak dan keponakan
gue pada makan malam tuh, tapi gue gak ikut, lebih milih buat nonton tv sambil
tiduran, syukur-syukur tidur beneran karena emang udah ngantuk + capek. Tapi karena
emang belum bisa tidur, akhirnya selepas mereka makan gue ke teras rumah tempat
ortu, kakak, dan keponakan gue ngumpul sambil makan.
Begitu gue ke teras ibu gue
langsung nanya “Wi besok mau kalo ikut ke Banten?” wakwaooooooooo, meskipun
letih menerjang tubuh ini tapi kata “Mau” adalah yang terlontar dari mulut gue.
Langsung deh ibu nyuruh gue buat packing dan istirahat biar besok pagi udah
siap buat berangkat lagi. Oh iya maksud dari “Pergi ke Banten” itu biasanya keluarga
gue kalau lebaran pada pergi ke Masjid Agung Banten untuk ziarah di makam
Sultan Maulana Hasanudin, habis itu lanjut ke pantai di kawasan Anyer.
Untuk trip ke Banten kali ini,
gue pergi bareng orang tua, dan keluarga 2 kakak gue. Tapi bukan kakak yang ke
Cirebon kemarin, itu kakak pertama. Kakak kali ini adalah kakak kedua dan
ketiga. Iya semua kakak gue udah punya kerajaan masing-masing, tinggal gue yang
belum punya kerajaan *lah jadi ngelantur.
Kami berangkat sekitar pukul 6
pagi, meleset setengah jam lebih lambat dari rencana awal. Biasa. Sekitar pukul 8
kami sudah sampai di destinasi pertama, yakni di Masjid Agung Banten, Serang.
Sangat disayangkan, meskipun masjid ini
termasuk situs sejarah dan setiap tahunnya banyak dikunjungi para peziarah dari
berbagai kota, kawasan ini seperti kurang terawat. Mulai dari area parkir mobil
pribadi yang belum di aspal atau dipasang konblok, iya masih tanah. Gak jadi
masalah kalau lagi musim kemarau seperti sekarang, tapi kalau musim hujan? Licinnya
bukan main pasti. Belum lagi sampah yang berserakan dimana-mana. Kalau masalah
sampah ini entah berasal dari para pengunjung yang seenaknya buang sampah atau berasal
dari warga sekitar yang berjualan, tapi yang jelas saya jarang melihat tempat
sampah disana. Berikut gambar di area parkir:
Itu di area parkir kendaraan pribadi
ya, saya kurang tahu kalau di area parkir bis keadaannya seperti apa. Tapi yang
jelas meskipun area parkir kendaraan pribadi masih bertanah, untuk jalan menuju
masjidnya sudah di konblok, jadi lebih nyaman.
Persoalan berikutnya adalah
kurang tertatanya para pedagang di area
masjid. Meskipun sudah tersedia area khusus untuk berjualan, masih ada para
pedagang yang berjualan di area menara masjid. Tentunya hal itu membuat
berkurangnya keindahan area masjid bukan?
Foto yang ini sekitar 2 tahun silam:
2012, captured by my brother |
Sekarang....
Oh iya sebenernya saya belum pernah naik menaranya, kemarin mau nyoba naik tapi kata akang-akangnya pas saya tanya ternyata menaranya belum dibuka, masih setengah jam lagi lah kira-kira. Ya sudah jadi sampai detik ketika artikel ini ditulis pun saya belum melihat dengan mata kepala sendiri apa saja tuh yang ada di dalem menara.
Kita lanjut ke tujuan utama kita,
yap berziarah. Eiitss tapi sebelum berziarah kalau datang ke Masjid ini kita
harus bawa uang pecahan kecil atau receh, karena bakal ada buaaaanyakk banget
anak kecil atau orang dewasa yang minta ‘sedekah’. Tapi kalau lupa bawa uang
recehnya tenang aja karena di sana juga ada yang ‘jual duit’ receh. Haha iya
disana ada jasa penukaran uang receh pecahan 500, 200, 100. Setiap 1000 rupiah
akan di tukar dengan uang koin senilai 800 atau 900 rupiah kalau saya tidak salah.
Ya, orang Indonesia memang kreatif.
Sebelum masuk ke dalam masjid,
jika peziarah sedang banyak maka ziarahnya akan dibagi menjadi beberapa gelombang.
Jika kita datang di saat zikir sudah dimulai maka kita harus menunggu di depan pintu
masuk sampai peziarah di dalam selesai berzikir. Sambil menunggu kita harus
melepas alas kaki di sini, maka dari itu perlu membawa kantong untuk menyimpan
alas kaki, kalau tidak membawa tas atau kantong untuk menyimpan alas kaki, anda
tidak perlu khawatir karena akan ada anak kecil yang menawarkan kantong plastik
disana. Ya, “seribu satu macam cara orang cari makan, dari jualan uang sampai
jualan kantong kresek”.
Nah begitu giliran kita untuk
berziarah, anda harus hati-hati. Karena pintu masuk yang tidak terlalu besar
dan banyaknya pengunjung yang kurang sabaran membuat kita terpaksa berdesakan. Padahal
kalau sudah antre dengan tenang kita pasti masuk ke dalam masjid tanpa harus
nyerobot, toh masjidnya kan diam di tempat.
Begitu masuk di dalam masjid kita
dipersilakan duduk dan segera berzikir bersama-sama. Di sana sudah ada imam
yang memimpin zikir dan berdoa. Berikut suasana saat hendak berzikir:
Kalau anda lihat di foto disitu
ada beberapa laki-laki yang berdiri sambil memegang kotak, mereka itu
sepertinya pengurus masjid yang sedang meminta amal. Di dalam masjid
banyak terdapat makam. Tapi saya kurang tahu itu makam siapa saja, tapi yang
jelas untuk makam dari Sultan Maulana Hasanudin sendiri ada di ruangan di depan
masjid (lihat gambar pas zikir) difoto tesebut ada pintu hijau dan disitulah
makam dari Sultan Maulana Hasanudin. Beberapa tahun lalu, ya pas saya masih sd kelas 5 lah atau 6 tahun lalu pintu tersebut masih terbuka untuk umum tapi tidak untuk
sekarang. Kurang tahu kenapa, mungkin agar makam Sultan tetap terjaga dan tidak
rusak.
Nah begitu selesai ziarah dan
udah pake sendalnya, kami langsung jalan menuju parkiran ohiya bagi kalian yang
ingin membeli oleh-oleh, di jalan sepaanjang menuju masjid ini tersedia banyak
kios yang berjuaan oleh-oleh khas Serang, Banten seperti Emping, kecipret kalau
gasalah hehe (melinjo yang sudah di keprek dan dibumbui dan siap makan) beda ya
sama emping, kecipret ini melinjonya satuan, kalau emping gabungan. Selain itu
ada juga kerupuk kemplang, dodol garut, dodol buah, kurma, boneka, dan masih
banyak lagi. Penjual makanan seperti nasi beserta lauk, mie instan, bakso dan
lain-lain juga banyak disini. WC umumnya juga tersedia disini.
Sampai di mobil kami langsung berangkat menuju destinasi berikutnya: Pantai.
Sampai di mobil kami langsung berangkat menuju destinasi berikutnya: Pantai.
Beruntung perjalanan menuju ke
pantai kemarin kami tidak terkena macet yang terlalu parah. Hanya di sekitar
kawasan industri Krakatau Steel sampai hmm saya lupa sampe mana kami kena
macet. Yang jelas begitu kelihatan laut sudah mulai agak lancar. Karena tidak
ingin terkena macet kembali, kami memutuskan mendatangi pantai yang dekat saja.
Dan yang menjadi pilihan kami adalah: Pantai Poci, kalau tidak salah.
Untuk tiket masuk, dikenai Rp50.000,00
per mobil pribadi. Kurang tahu sama atau tidak dengan Bus, sepertinya berbeda. Setelah
mendapat parkir yang cocok kami segera memilih tempat bersantai yang nyaman. Pantai
yang kami kunjungi ini tidak terlalu luas, pedagangnya pun tidak terlalu banyak
seperti di pasir putih atau pantai lainnya. dan lagi-lagi, di area parkir
sampah bertebaran dimana-mana. Gak bisa
terlalu menyalahkan pengunjung juga karena sepertinya tidak tersedia tempat
sampah disana. Tapi yang menggembirakan adalah, toilet yang tersedia yaa
cukuplah. Namun ketika baru sampai airnya sempat mati. Lagi kebeletnya pengen
BAK, udah seneng dapet toilet tapi ternyata
airnya mati itu rasanya................. Untung ada toilet lagi yang masih ada
airnya, walaupun lebih gelap dari yang airnya mati
Meskipun begitu, tapi semuanya
terbayar dengan keindahan pantainya. Airnya masih jernih, bening, dan tidak
berbau wkwk kaya iklan. Tapi beneran deh, suasana pantainya enak banget. Gak terlalu
panas, airnya bening, gak banyak sampah di airnya. Nyaman pokoknya kalau udah
di airnya.Malah sempet ada pengunjung yang dapetin ubur-ubur dan dia giring
pakai ban ke pinggir pantai, ubur-uburnya lumayan besar akhirnya ngeliat
ubur-ubur secara langsung juga, biasanya Cuma lihat ubur-ubur di tayangan
spongebob doang haha. Kasian sebenernya ngeliat ubur-ubur didorong pakai ban
gitu. Cuma saya gak sempet dokumentasiin pas ada ubur-ubur itu, karena
posisinya lagi main sama keponakan di
pantai jadi gak memungkinkan bawa kamera atau hp. Berikut foto-foto pantainya:
Beruntung begitu waktunya bilas,
airnya udah ngalirrrrrrr. Cuma yaa antreannya lama juga tapi ya itu mah biasa
lah ya.
Kita gak terlalu lama di pantai
selesai bilas, makan mie instant dulu dan pastinya gak lengkaplah ya ke pantai kalau
gak minum air kelapa habis itu langsung cuussss balik. Lupa jam berapa. Tapi yang
jelas perjalanan pulang lebih cepet dari pada berangkat karena pas pulanng kena
macetnya Cuma sebentar. Dijalan sempet beli sate bandeng sama kerupuk kemplang
dan sekitar jam 4 atau setengah 5 sore kami udah tiba di rumah.
Mengenai pendapat saya yang
kurang bagus diatas, bukan tujuan saya untuk menjelekan lokasi tersebut, bahkan
mungkin saya juga termasuk oknum yang membuat keadaannya menjadi seperti itu. Di
tulisan ini saya hanya mau mengingatkan agar yaa setidaknya kita belajar
bersama-sama agar tidak membuang sampah seenak kita. Kalau tidak bisa
membersihkan setidaknya kita jangan tambah mengotori.
Segitu dulu kisah tentang liburan
lebarannya maafkan atas salah-salah kata dan kelabilan bahasa dari gue menjadi
saya dll. Terimakasih telah membaca, dan mohon koreksinya jika tulisan diatas
banyak yang kuran tepat. Selamat menunggu kisah berikutnya 😄.